BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Morbiditas dan
mortalitas pada ibu adalah masalah besar di seluruh negara terutama bagi negara
miskin serta negara berkembang. Kematian ibu ini disebabkan oleh hal-hal yang berkaitan
dengan komplikasi kehamilan, persalinan, serta masa nifas atau penaganannya
sedang kesakitan ibu disebabkan oleh hal-hal yang berkaitan atas komplikasi
ringan sampai berat berupa komplikasi permanen atau menahun yang terjadi
sesudah masa nifas.
(Prawirohardjo, 2010 ; hal. 54).
Kematian ibu
dibagi menjadi kematian langsung dan kematian tidak langsung. Kematian langsung
adalah sebagai akibat komplikasi kehamilan, persalinan atau masa nifas dan
segala intervensi atau penanganan yang tidak tepat dari komplikasi tersebut.
Kematian ibu tidak langsung merupakan akibat dari penyakit yang sudah ada atau
yang timbul sewaktu kehamilan yang berpengaruh terhadap kehamilan, misalnya
malaria, anemia, HIV/AIDS dan penyakit kardiosvaskuler (Prawirohardjo, 2010 ;
hal. 54)
Para ahli dari Organisasi Kesehatan
Dunia (WHO) dan menteri kesehatan negara-negara Asia Tenggara yang bertemu di
New Delhi, India, pada 8-11 September 2008, melakukan pembahasan khusus tentang
angka kematian ibu di kawasan Asia Tenggara yang tergolong masih tinggi.
Menurut data statistik yang dikeluarkan WHO sebagai badan PBB yang menangani
masalah bidang kesehatan, mencatat angka kematian ibu dalam kehamilan dan
persalinan di dunia mencapai 515.000 jiwa setiap tahun. (WHO,2008)
Berdasarkan data penelitian World Bank
tahun 2008, Angka Kematian Ibu saat melahirkan adalah 420 per 100.000 kelahiran
hidup dan Angka Kematian Bayi mencapai 39 per 1.000 kelahiran hidup. (wikjosastro,
2006)
WHO memperkirakan, sebanyak 37 juta
kelahiran terjadi di kawasan Asia Tenggara setiap tahun, sementara total
kematian ibu dan bayi baru lahir di kawasan ini diperkirakan berturut-turut 170
ribu dan 1,3 juta per tahun. Sebanyak 98 persen dari seluruh kematian ibu dan
anak di kawasan ini terjadi di India, Bangladesh, Indonesia , Nepal dan
Myanmar.
Saat ini Angka kematian ibu (AKI) dan
angka kematian bayi (AKB) di indonesia masih tertinggi di asia tenggara. Tercatat
pada tahun 2007 angka kematian ibu mencapai 228 orang per 100.000 kelahiran
hidup dan angka kematian bayi 34 orang per 1000 kelahiran hidup. (BKKBN,2010)
Berdasarkan hasil SDKI 2007 derajat
kesehatan ibu dan anak di Indonesia masih perlu ditingkatkan, ditandai oleh
Angka Kematian Ibu (AKI) yaitu 228/100.000 Kelahiran Hidup (KH) dan tahun 2008,
4.692 jiwa ibu melayang dimasa kehamilan, persalinan, dan nifas. Sedangkan
Angka Kematian Bayi (AKB) 34/1000 KH, terjadi stagnasi bila dibandingkan dengan
SDKI 2003 yaitu 35 per 1000 KH. (DepKes RI, 2007)
Provinsi Jawa Barat AKI pada tahun 2009
mencapai 259/100.000 kelahiran hidup sedangkan AKB mencapai 35/1000 kelahiran
hidup (Badan pusat statistic). Adapun upaya yang di lakukan Jawa barat untuk
menurunkan angka kematian bayi selain mengikuti program pemerintah yaitu
program jamkesda (jaminan kesehatan daerah). (Dinkes, 2009)
Sedangkan menurut Dinas Kesehatan Kota
Bekasi pada tahun 2009 jumlah AKI dan AKB sebanyak 23 kasus dan 84 kasus. Dan
pada tahun 2010 jumlah AKI dan AKB sebanyak 20 kasus dan 59 kasus. (Dinkes kota
Bekasi 2010).
Serta menurut Dr. Dewi Motik
menyampaikan tingginya AKI antara lain dipicu oleh 4 kondisi kehamilan yang
tidak ideal yang disebut ‘4 terlalu’ berdasarkan data SDKI 2007 adalah
Kehamilan terlalu muda (kurang dari 18 tahun) menyebabkan 3 % kematian ibu di
Indonesia, Usia yang terlalu tua untuk hamil (diatas 35 tahun) yakni 4.7 %, Jarak
kehamilan yang terlalu dekat (kurang dari 2 tahun) menyumbang 5.5 % dan
kehamilan terlalu banyak (lebih dari 3 anak) yakni 8.1 %. Untuk mencegah 4
kondisi tidak ideal ini dibutuhkan pengaturan kehamilan melalui alat
kontrasepsi. Sementara Mentri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
Anak Linda Amalia Sari Gumelar, .Ip. Mengungkapkan bahwa tingginya AKI dipicu
oleh sebab langsung dan tidak langsung yang diindikasikan dengan ‘3 Terlambat’
yaitu Terlambat mengambil keputusan (sehingga terlambat mengambil keputusan),
terlambat sampai ke tempat tujuan (karena kendala transportasi) dan terlambat
mendapatkan penanganan (karena keterbatasan sarana dan sumber daya manusia).
(DetikHealth.com, 2010)
Departemen Kesehatan menargetkan angka
kematian ibu pada 2010 sekitar 226 orang dan pencapaian target MDGs yang ke 5
pada tahun 2015 menjadi 102 orang per tahun. Serta Depkes telah mematok target
penurunan AKB di Indonesia dari rata-rata 36 meninggal per 1.000 kelahiran
hidup menjadi 23 per 1.000 kelahiran hidup pada 2015.
Untuk mewujudkan hal ini, salah satu
upaya terobosan dan terbukti mampu meningkatkan indikator proksi (persalinan
oleh tenaga kesehatan) dalam penurunan Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian
Bayi adalah Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K).
Program dengan menggunakan “stiker” ini, dapat meningkatkan peran aktif suami
(suami Siaga), keluarga dan masyarakat dalam merencanakan persalinan yang aman.
Program ini juga meningkatkan persiapan menghadapi komplikasi pada saat
kehamilan, termasuk perencanaan pemakaian alat/ obat kontrasepsi pasca
persalinan.
Selain itu, program P4K juga mendorong
ibu hamil untuk memeriksakan kehamilan, bersalin, pemeriksaan nifas dan bayi
yang dilahirkan oleh tenaga kesehatan terampil termasuk skrining status
imunisasi tetanus lengkap pada setiap ibu hamil. Kaum ibu juga didorong untuk
melakukan inisiasi menyusu dini (IMD) dilanjutkan pemberian ASI eksklusif
selama 6 bulan. Perencanaan persalinan dapat dilakukan manakala ibu, suami dan
keluarga memiliki pengetahuan mengenai tanda bahaya kehamilan, persalinan dan
nifas; asuhan perawatan ibu dan bayi; pemberian ASI; jadwal imunisasi; serta
informasi lainnya. Semua informasi tersebut ada di dalam Buku KIA yang
diberikan kepada ibu hamil setelah didata melalui P4K. Buku KIA juga berfungsi
sebagai alat pemantauan perkembangan kesehatan ibu hamil serta pemantauan
pertumbuhan bayi sampai usia 5 tahun.
Kementerian
Kesehatan DR. dr. Siti Fadhillah Supari, M.Kes telah melakukan upaya mengatasi
masalah dalam menurunkan AKI dan AKB diantaranya mendekatkan jangkauan
pelayanan kebidanan kepada masyarakat. ”Dengan dibangunnya Pondok Bersalin Desa
(Polindes) di setiap desa dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan cakupan dan
pelayanan kesehatan ibu dan anak,” kata Wakil Menteri Kesehatan Prof. dr. Ali
Ghufron Mukti, M.Sc.,Ph.D saat membuka acara Workshop Nasional Pelayanan
Kebidanan.
Kebijakan
pelaksanaan program lainnya untuk penurunan AKI – AKB 2008 difokuskan pada
Pelaksanaan :
1.
Program Perencanaan Persalinan dan
Persiapan Komplikasi (P4K) dengan Stiker di seluruh wilayah Puskesmas
2.
Kemitraan Bidan dan Dukun
3.
PONED/PONEK
4.
UTD di daerah
5.
Pelayanan KB berkualitas serta
6.
Pemenuhan SDM kesehatan.
Sebagai tenaga
pelaksana, bidan berwenang dalam melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi. Bidan
memeriksa dan menilai bayi baru lahir untuk memastikan pernafasan spontan,
mencegah hipoksia sekunder, menemukan kelainan dan melakukan tindakan atau
merujuk ke tempat pelayanan kesehatan yang lebih tinggi. Bidan memberikan
pelayanan selama masa nifas melalui kunjungan rumah pada hari ketiga, minggu
kedua dan minggu ke enam setelah persalinan, untuk membantu proses pemulihan
ibu dan bayi melalui penegangan tali pusat yang benar, penemuan dini
komplikasi, penanganan atau rujukan komplikasi yang mungkin terjadi pada masa
nifas (Depkes RI, 2003)
Pemeriksaan
kehamilan dilakukan 4 kali selama kehamilan, apabila ibu tidak secara rutin
memeriksakan kehamilan kemungkinan dapat menjadi risiko baik terhadap ibu
maupun bayi yang dikandungnya, karena ibu hamil yang pada mulanya normal dapat
menjadi berisiko tinggi untuk terjadi komplikasi kehamilan, hal ini dapat
menyebabkan kematian baik kepada ibu maupun janin. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran
hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar
kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain dengan bantuan atau tanpa
bantuan kekuatan sendiri. Masa nifas merupakan masa setelah
plasenta lahir dan berakhir ketika alat kandungan kembali seperti keadaan
sebelum hamil. Salah satu penyebab kematian ibu terjadi pada masa nifas, hal
ini disebabkan karena sepsis puerperalis, perdarahan post partum, dan infeksi
nifas. Akan tetapi komplikasi-komplikasi
yang terjadi dapat dicegah bila ibu mendapatkan pelayanan kesehatan yang
memadai selama kehamilan, persalinan, nifas secara optimal yaitu dengan
melakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur minimal 4 kali selama kehamilan,
dengan antenatal care yang teratur maka dapat mendeteksi sedini mungkin adanya
komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, bersalin, dan nifas. Serta dapat
mempersiapkan persalinan yang aman, yaitu persalinan yang ditolong oleh tenaga
kesehatan seperti dokter, atau bidan sehingga dapat mengurangi sedini mungkin.
(Saifuddin, 2008)
Di Bekasi berdiri RB yang bernama
Dinnuriza, RB tersebut di bangun sudah lebih dari 25 tahun lamanya, pendiri RB
Dinnuriza adalah Bidan Hj. Narmi Djuhaemi, SSiT, M.Kes. Dari data yang di dapat
pada bulan Desember 2012 lalu pemeriksaan ANC di RB tersebut mencapai 66 orang,
kemudian ibu bersalin atau INC mencapai 27 orang diantaranya partus normal dan
komplikasi, kemudian ibu nifas atau PNC mencapai 27 orang serta bayi baru lahir
BBL mencapai 27 orang.
Dari data bulan terakhir pasien RB
Dinnuriza sangat tinggi oleh karena itu, pengawasan kehamilan, pertolongan
persalinan, pengawasan masa nifas dan bayi baru lahir sangatlah penting sebagai
salah satu upaya menurunkan AKI dan AKB di Indonesia
khususnya di wilayah Bekasi. Dengan melatar belakangi masalah diatas, penulis
malakukan studi kasus melalui pendekatan manajemen asuhan kebidanan secara
komprehensif pada Ny. N G2P1A0
di RB Dinnuriza Bidan Hj. Narmi
Djuhaemi,
SSiT, M.Kes Bekasi 2013.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Dapat melaksanakan
asuhan kebidanan secara komprehensif pada ibu hamil, bersalin, nifas dan bayi baru
lahir fisiologis pada Ny. N di RB Dinnuriza Bidan Hj. Narmi Djuhaemi, SSiT,
M.Kes.
1.2.2
Tujuan Khusus
1.
Mahasiswa mampu melakukan / memberikan
asuhan kebidanan pada kehamilan Ny. N di RB Dinnuriza Bidan Hj. Narmi Djuhaemi,
SSiT, M.Kes. dengan pendokumentasian secara SOAP.
2.
Mahasiswa mampu melakukan / memberikan
asuhan kebidanan pada persalinan Ny. N di RB Dinnuriza Bidan Hj. Narmi
Djuhaemi, SSiT, M.Kes. dengan pendokumentasian secara SOAP.
3.
Mahasiswa mampu melakukan / memberikan
asuhan kebidanan pada nifas Ny. N di RB Dinnuriza Bidan Hj. Narmi Djuhaemi,
SSiT, M.Kes. dengan pendokumentasian secara SOAP.
4.
Mahasiswa mampu melakukan / memberikan
asuhan kebidanan pada BBL (Bayi Baru Lahir) Ny. N di RB Dinnuriza Bidan Hj.
Narmi Djuhaemi, SSiT, M.Kes. dengan pendokumentasian secara SOAP.
1.3 Manfaat
Penulisan
Hasil penulisan ini
diharapkan berguna untuk :
1.3.2
Manfaat
Bagi
Institusi
Pendidikan
Dapat menambah bahan referensi di perpustakaan dan
menambah masukan untuk mengevaluasi kemampuan mahasiswa dalam menerapkan Asuhan
Kebidanan.
1.3.3
Manfaat Bagi Lahan Praktek
Dapat
memberikan pelayanan yang komprehensif sehingga komplikasi kehamilan,
persalinan, nifas, dan bayi
baru lahir, dapat terdeteksi sedini mungkin.
1.3.4
Manfaat
Bagi
Mahasiswa
Dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam
melaksanakan Asuhan Kebidanan, serta sebagai bahan evaluasi dalam menilai
kemampuan menyiapkan materi untuk persiapan praktik kebidanan secara langsung.
1.4
Tempat
dan Waktu
No
|
Waktu
|
Tempat
|
Kegiatan
|
1
|
18-12-2012 ; 09.00
WIB
|
RB Dinnuriza
|
ANC 1
|
2
|
26-12-2012 ; 10.00
WIB
|
RB Dinnuriza
|
ANC 2
|
3
|
01-1-2013 ; 14.00
WIB
|
RB Dinnuriza
|
ANC 3
|
4
|
06-1-2013 ; 09.00
WIB
|
RB Dinnuriza
|
ANC 4
|
5
|
11-1-2013 ;
02.00 - 06.00 WIB
|
RB Dinnuriza
|
INC
|
6
|
11-1-2013 ;
09.00 WIB
|
RB Dinnuriza
|
BBL
|
7
|
17-1-2013 ;
16.00 WIB
|
RB Dinnuriza
|
BBL
|
8
|
11-1-2013 ;
08.00 WIB
|
RB Dinnuriza
|
PNC 1
|
9
|
11-1-2013 ;
12.00 WIB
|
RB Dinnuriza
|
PNC 2
|
10
|
17-1-2013 ;
16.00 WIB
|
RB Dinnuriza
|
PNC 3
|
11
|
25-1-2013 :
09.00 WIB
|
RB Dinnuriza
|
PNC 4
|