Hepatitis B adalah suatu penyakit hati yang disebabkan oleh
"Virus Hepatitis B" (VHB), suatu anggota famili Hepadnavirus[1]
yang dapat menyebabkan peradangan hati akut atau menahun yang pada sebagian
kecil kasus dapat berlanjut menjadi sirosi hati atau kanker hati.[2]
Mula-mula dikenal sebagai "serum hepatitis" dan telah menjadi epidemi
pada sebagian Asia
dan Afrika.[3]
Hepatitis B telah menjadi endemik di Tiongkok dan berbagai negara Asia.[4]
Penyebab Hepatitis ternyata tak semata-mata virus. Keracunan obat, dan paparan berbagai
macam zat kimia
seperti karbon tetraklorida, chlorpromazine, chloroform, arsen,
fosfor, dan zat-zat lain yang digunakan sebagai obat dalam industri
modern, bisa juga menyebabkan Hepatitis. Zat-zat kimia ini mungkin saja tertelan, terhirup atau diserap melalui
kulit
penderita. Menetralkan suatu racun yang beredar di dalam darah adalah pekerjaan
hati. Jika banyak sekali zat kimia beracun yang masuk ke dalam tubuh, hati bisa
saja rusak sehingga tidak dapat lagi menetralkan racun-racun lain.[5]
Diagnosis
Dibandingkan virus HIV, virus Hepatitis B (HBV) seratus kali
lebih ganas (infectious), dan sepuluh kali lebih banyak (sering)
menularkan. Kebanyakan gejala Hepatitis B tidak nyata.[6]
Hepatitis B kronis merupakan penyakit nekroinflamasi kronis
hati yang disebabkan oleh infeksi virus Hepatitis B persisten. Hepatitis B
kronis ditandai dengan HBsAg positif (> 6 bulan) di dalam serum, tingginya
kadar HBV DNA dan berlangsungnya proses nekroinflamasi kronis hati. Carrier
HBsAg inaktif diartikan sebagai infeksi HBV persisten hati tanpa
nekroinflamasi. Sedangkan Hepatitis B kronis eksaserbasi adalah keadaan klinis
yang ditandai dengan peningkatan intermiten ALT>10 kali batas atas nilai
normal (BANN). Diagnosis infeksi Hepatitis B kronis didasarkan pada pemeriksaan
serologi, petanda virologi, biokimiawi dan histologi.
Secara serologi, pemeriksaan yang dianjurkan untuk diagnosis
dan evaluasi infeksi
Hepatitis B kronis adalah : HBsAg, HBeAg, anti HBe dan HBV DNA (4,5).
Pemeriksaan virologi, dilakukan untuk mengukur jumlah HBV DNA serum sangat
penting karena dapat menggambarkan tingkat replikasi virus. Pemeriksaan
biokimiawi yang penting untuk menentukan keputusan terapi adalah kadar ALT.
Peningkatan kadar ALT menggambarkan adanya aktivitas kroinflamasi. Oleh karena
itu pemeriksaan ini dipertimbangkan sebagai prediksi gambaran histologi. Pasien
dengan kadar ALT yang menunjukkan proses nekroinflamasi yang lebih berat
dibandingkan pada ALT yang normal. Pasien dengan kadar ALT normal memiliki
respon serologi yang kurang baik pada terapi antiviral. Oleh sebab itu pasien
dengan kadar ALT normal dipertimbangkan untuk tidak diterapi, kecuali bila
hasil pemeriksaan histologi menunjukkan proses nekroinflamasi aktif. Sedangkan
tujuan pemeriksaan histologi adalah untuk menilai tingkat kerusakan hati,
menyisihkan diagnosis penyakit hati lain, prognosis dan menentukan manajemen
anti viral. [7]
Pada umumnya, gejala penyakit Hepatitis B ringan. Gejala
tersebut dapat berupa selera makan hilang, rasa tidak enak di perut, mual
sampai muntah, demam ringan, kadang-kadang disertai nyeri sendi dan bengkak
pada perut kanan atas. Setelah satu minggu akan timbul gejala utama seperti
bagian putih pada mata tampak kuning, kulit seluruh tubuh tampak kuning dan air
seni berwarna seperti teh.[7]
Ada 3 kemungkinan tanggapan kekebalan yang diberikan oleh
tubuh terhadap virus Hepatitis B pasca periode akut. Kemungkinan pertama, jika
tanggapan kekebalan tubuh adekuat maka akan terjadi pembersihan virus, pasien
sembuh. Kedua, jika tanggapan kekebalan tubuh lemah maka pasien tersebut akan
menjadi carrier inaktif. Ketiga, jika tanggapan tubuh bersifat intermediate
(antara dua hal di atas) maka penyakit terus berkembang menjadi hepatitis B kronis.[7]
Penularan
Hepatitis B merupakan bentuk Hepatitis yang lebih serius
dibandingkan dengan jenis hepatitis lainnya.[2]
Penderita Hepatitis B bisa terjadi pada setiap orang dari semua golongan umur.[8]
Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan virus Hepatitis B ini menular. [9]
- Secara vertikal, cara penularan vertikal terjadi dari Ibu yang mengidap virus Hepatitis B kepada bayi yang dilahirkan yaitu pada saat persalinan atau segera setelah persalinan.
- Secara horisontal, dapat terjadi akibat penggunaan alat suntik yang tercemar, tindik telinga, tusuk jarum, transfusi darah, penggunaan pisau cukur dan sikat gigi secara bersama-sama (Hanya jika penderita memiliki penyakit mulut (sariawan, gusi berdarah,dll), lendir (berciuman) atau luka yang mengeluarkan darah serta hubungan seksual dengan penderita.
Sebagai antisipasi, biasanya terhadap darah-darah yang
diterima dari pendonor akan di tes terlebih dulu apakah darah yang diterima
reaktif terhadap Hepatitis, Sipilis dan HIV.
Sesungguhnya, tidak semua yang positif Hepatitis B perlu
ditakuti. Dari hasil pemeriksaan darah, dapat terungkap apakah ada riwayat pernah kena dan
sekarang sudah kebal, atau bahkan virusnya sudah tidak ada. Bagi pasangan yang
hendak menikah, tidak ada salahnya untuk memeriksakan pasangannya untuk
menenularan penyakit ini.
Perawatan
Hepatitis yang disebabkan oleh infeksi virus menyebabkan
sel-sel hati mengalami kerusakan sehingga tidak dapat berfungsi sebagaimana
mestinya. Pada umumnya, sel-sel hati dapat tumbuh kembali dengan sisa sedikit
kerusakan, tetapi penyembuhannya memerlukan waktu berbulan-bulan dengan diet
dan istirahat yang baik.[2]
Hepatitis B akut umumnya sembuh, hanya 10% menjadi Hepatitis
B kronik (menahun) dan dapat berlanjut menjadi sirosis hati atau kanker hati.[8]
Saat ini ada beberapa perawatan yang dapat dilakukan untuk Hepatitis B kronis
yang dapat meningkatkan kesempatan bagi seorang penderita penyakit ini.
Perawatannya tersedia dalam bentuk antiviral seperti lamivudine dan adefovir dan modulator
sistem kebal seperti Interferon Alfa ( Uniferon).[10]
Selain itu, ada juga pengobatan tradisional
yang dapat dilakukan. Tumbuhan obat atau herbal yang dapat
digunakan untuk mencegah dan membantu pengobatan Hepatitis diantaranya
mempunyai efek sebagai hepatoprotektor, yaitu melindungi hati dari pengaruh zat toksik yang dapat
merusak sel hati, juga bersifat anti radang, kolagogum dan khloretik, yaitu
meningkatkan produksi empedu oleh hati. Beberapa jenis tumbuhan obat yang dapat
digunakan untuk pengobatan Hepatitis, antara lain yaitu temulawak
(Curcuma xanthorrhiza), kunyit (Curcuma longa), sambiloto
(Andrographis paniculata), meniran (Phyllanthus
urinaria), daun serut/mirten, jamur kayu/lingzhi
(Ganoderma lucidum), akar alang-alang (Imperata cyllindrica), rumput
mutiara (Hedyotis corymbosa), pegagan
(Centella asiatica), buah kacapiring (Gardenia
augusta), buah mengkudu (Morinda
citrifolia), jombang
(Taraxacum officinale).selain itu juga ada pengobatan alternatif lain
Hepatitis B Dari Wikipedia seperti hijamah/bekam yang bisa
menyembuhkan segala penyakit hepatitis, asal dilakukan dengan benar dan juga
dengan standar medis.[2]
Catatan
1. ^
Zuckerman AJ (1996). Hepatitis
Viruses. In: Baron's Medical Microbiology (Baron S et al,
eds.) (ed. 4th ed.). Univ of Texas Medical Branch. ISBN
0-9631172-1-1.
3. ^
Ryan KJ; Ray CG (editors) (2004). Sherris Medical Microbiology (ed. 4th
ed.). McGraw Hill. hlm. pp. 544–51. ISBN
0-8385-8529-9.
4. ^
Alberts B, Johnson A, Lewis J, Raff M, Roberts K, Walter P (2002). Molecular
Biology of the Cell (ed. 4th). Garland. NCBI
Bookshelf) ISBN
0-8153-3218-1.
6. ^
"Tabloid
Nova Online". Swipa. Unknown parameter |acessdate=
ignored (|accessdate= suggested) (help)
7. ^ a
b
c
"Website
Resmi Kalbe Farma". Swipa. Unknown parameter |acessdate=
ignored (|accessdate= suggested) (help)
10. ^
Lau GKK et al (2005). "Peginterferon Alfa-2a, lamivudine, and the
combination for HBeAg-positive chronic hepatitis B". N Engl J Med 352
(26): 2682–95. PMID 15987917.
Posting Komentar