Mungkin saat ini Anda sedang
sedih karena anak Anda sedang mengalami demam sudah dua hari. Suhunya mencapai
40 derajat selsius. Ia terbaring lemah, tidak mau makan. Dokter barusan
menyatakan harus dirawat inap. Anda pun berpikir "pindahkan saja penyakit
anakku ini. Biar aku saja yang mengalaminya". Ya Tuhan, kenapa anakku
harus sakit? Mungkin pikiran ini terlintas di dalam benak.
Cobalah mampir ke tempat kami di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD). Anda dapat menjumpai seorang anak perempuan berusia 10 tahun dengan berat badan hanya 15 kg. Ya, gizi buruk. Awalnya ia mengalami tuberkulosis (TB) paru yang putus pengobatannya. Ibunya telah meninggal beberapa tahun lalu. Ayahnya sibuk mencari nafkah sebagai kuli bangunan, sehingga kadang sulit mencari waktu untuk kontrol berobat anak semata wayangnya. Selama menunggui anaknya dirawat di RS, si ayah tidak bekerja. Sewa kontrakan rumahnya sudah 2 bulan tidak dibayar.
Temui juga seorang gadis berusia 8 tahun dengan gizi buruk lainnya. Ia adalah anak sulung dari empat bersaudara. Ayahnya baru saja meninggal. Apa artinya? Ibunya seorang janda beranak 4 tanpa penghasilan tetap. Gadis ini mengalami kelainan katup jantung bawaan sejak lahir, tetapi baru dibawa berobat untuk mengetahui sakitnya setahun silam. Defek septum ventrikel besar namanya. Ibunya harus bolak balik ke RS untuk membawa anaknya kontrol dan mengatur waktu meninggalkan 3 anaknya yang lain.
Anda juga bisa menjumpai seorang bocah laki-laki berusia 4 tahun yang terbaring karena meningitis TB. Awalnya ia adalah seorang anak yang tumbuh dan berkembang normal sesuai usianya. Tiba-tiba demam dialaminya selama kurang lebih seminggu dan berlanjut dengan kejang. Hasil CT scan kepala menunjukkan pengumpulan cairan di sekitar jaringan otak (hidrosefalus). Kini ia hanya terbaring
kaku dengan kejang yang masih berusaha dikendalikan. Palsi serebral. Ayahnya
seorang tukang permak "Levis" keliling. Ibunya sedang hamil besar
sambil menunggui anaknya yang sakit. Kadang saya khawatir si ibu melahirkan
tidak lama lagi saat sulungnya masih dirawat. Sebelum ia mempunyai BPJS
kesehatan, orangtuanya harus menanggung biaya cukup besar untuk perawatan di
ruang rawat intensif. Bayangkan saja kesanggupan mereka dengan penghasilan
sebagai penjahit keliling.
Di poliklinik pun tidak jauh berbeda. Seorang gadis berusia 9 tahun yang tampak seperti balita karena kecilnya postur tubuh dan kepala yang besar. Hidrosefalus. Tetapi karena baru datang di usia yang sudah besar, tindakan pembedahan sudah tidak membantu. Upaya mengoptimalkan perkembangannya
salah satunya dengan fisioterapi. Ketika disarankan menggunakan kursi roda
khusus untuk penyandang palsi serebral yang tidak ditanggung BPJS
pembiayaannya, si ibu mencari informasi harganya. Tidak mahal. "Hanya"
2 jutaan. Apa reaksi si ibu? "Saya belum pernah melihat uang sebanyak
itu!"
Suaminya bekerja sebagai tukang parkir. Mungkin wajar bila ia belum pernah melihat uang tunai sejumlah itu.
Masih banyak kisah lain yang bisa kami ceritakan. Teman-teman sejawat di RSUD lain dan RSU Pusat pastinya mempunyai segudang kisah yang tidak lain hanya membuat kita mengucap syukur.
Atas segala hal yang kita alami saat ini. Alhamdulillah alaa kulli haal.
-dr. Apin-
Cobalah mampir ke tempat kami di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD). Anda dapat menjumpai seorang anak perempuan berusia 10 tahun dengan berat badan hanya 15 kg. Ya, gizi buruk. Awalnya ia mengalami tuberkulosis (TB) paru yang putus pengobatannya. Ibunya telah meninggal beberapa tahun lalu. Ayahnya sibuk mencari nafkah sebagai kuli bangunan, sehingga kadang sulit mencari waktu untuk kontrol berobat anak semata wayangnya. Selama menunggui anaknya dirawat di RS, si ayah tidak bekerja. Sewa kontrakan rumahnya sudah 2 bulan tidak dibayar.
Temui juga seorang gadis berusia 8 tahun dengan gizi buruk lainnya. Ia adalah anak sulung dari empat bersaudara. Ayahnya baru saja meninggal. Apa artinya? Ibunya seorang janda beranak 4 tanpa penghasilan tetap. Gadis ini mengalami kelainan katup jantung bawaan sejak lahir, tetapi baru dibawa berobat untuk mengetahui sakitnya setahun silam. Defek septum ventrikel besar namanya. Ibunya harus bolak balik ke RS untuk membawa anaknya kontrol dan mengatur waktu meninggalkan 3 anaknya yang lain.
Anda juga bisa menjumpai seorang bocah laki-laki berusia 4 tahun yang terbaring karena meningitis TB. Awalnya ia adalah seorang anak yang tumbuh dan berkembang normal sesuai usianya. Tiba-tiba demam dialaminya selama kurang lebih seminggu dan berlanjut dengan kejang. Hasil CT scan kepala menunjukkan pengumpulan cairan di sekitar jaringan otak (hidrosefalus).
Di poliklinik pun tidak jauh berbeda. Seorang gadis berusia 9 tahun yang tampak seperti balita karena kecilnya postur tubuh dan kepala yang besar. Hidrosefalus. Tetapi karena baru datang di usia yang sudah besar, tindakan pembedahan sudah tidak membantu. Upaya mengoptimalkan perkembangannya
Suaminya bekerja sebagai tukang parkir. Mungkin wajar bila ia belum pernah melihat uang tunai sejumlah itu.
Masih banyak kisah lain yang bisa kami ceritakan. Teman-teman sejawat di RSUD lain dan RSU Pusat pastinya mempunyai segudang kisah yang tidak lain hanya membuat kita mengucap syukur.
Atas segala hal yang kita alami saat ini. Alhamdulillah alaa kulli haal.
-dr. Apin-
Posting Komentar