Unknown
Sesuai Demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) 1997 dilaporkan 6% kehamilan dalam periode 1992-1997 berakhir dengan keguguran, angka keguguran lebih tinggi didaerah perkotaan (7%) daripada pedesaan (5%) secara umum kehamilan yang tidak diinginkan (tidak direncanakan atau tidak diharapakan) telah turun dari 17% (1991-1994) menjadi 14% (1994-1997).

Angka kejadian abortus pada tahun 2005 di Rumah Sakit Tidar Magelang sebanyak 93 orang. Umur terbanyak pasien yang mengalami abortus yaitu diantara umur 17-19 dengan jumlah pasien 38 orang dengan persentase 40,8% dan urutan kedua berumur diantara 20-24 dengan jumlah pasien 19 orang dengan persentase 20,4% dan urutan ketiga berumur diantara 25-29 dengan jumlah pasien 18 orang dengan presentase 19,3% dan urutan keempat pada umur 30-34 tahun dengan jumlah pasien 10 orang dengan presentase 10,7% dan yang kelima pada umur 35-39 tahun dengan pasien jumlah 5 orang dengan persentase 5,3% dan yeng terakhir umur 40-44 tahun dengan jumlah pasien 3 orang dengan persentase 3,2%.
(Rekam medik RSU Tidar Megelang,2005)

Pengertian :
1. Abortus adalah dikeluarkannya hasil konsepsi sebelum mampu hidup di luar kandungan dengan berat badan kurang dari 1000 gram atau usia kehamilan kurang dari 28 minggu. (Kedokteran ECG : dr. Ida Ayu Chandranita Manuaba, SpOG dalam buku Ilmu Kebidanan,Penyakit Kandungan dan KB, hal : 287)
2. Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) saat atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu hidup di luar. (Fitramaya : Yuni Kusmiyati, S.ST dalam buku Perawatan Ibu Hamil, hal :149)
3. Abortus adalah Berakhirnya kehamilan sebelum janin dapat hidup di dunia luar, tanpa mempersoalkan penyebabnya. Bayi baru mungkin hidup di dunia luar bila berat badan telah mencapai > 500 gram dan usia kehamilan > 20 minggu. (Kedokteran ECG : Prof. Sulaiman Sastrawinata, SpOG (K) dalam buku Obstetri Patologi, hal : 1)
4. Abortus menurut WHO dan The American College of Obstetricians and Gynecologists adalah janin yang mati dalam rahim dengan berat badan 500 gram atau lebih dan pada usia kehamilan 20 minggu atau lebih. (PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo : Sarwono Prawirohardjo dalam buku Ilmu Kebidanan, hal : 732)

Etiologi :
1. 25 % - 60% kasus penyebab abortus tidak jelas
2. Faktor Maternal :
·   Penyakit Infeksi :
Infeksi Maternal dapat membawa resiko bagi janin yang sedang berkembang, terutama pada akhir trimester I dan II. Tidak di ketahui sebab abortus secara pasti, apakah janin yang terinfeksi ataukah toksin yang dihasilkan oleh mikroorganisme penyebabnya.
* Virus : Rubella, Sitomegalovirus, VHS, varicella zoster, Hepatitis, Campak, Polio dan Ensefalomielitis
* Bakteri : Salmonella typhi
* Parasit : Plasmodium, Toksoplasma gondii
·   Penyakit Menahun :
Hipertensi, Diabetes Mellitus, penyakit Ginjal, penyakit Hati.
·   Kelainan Endokrin :
Abortus spotan dapat terjadi bila produksi progesterone tidak mencukupi atau pada penyakit seperti disfungsi tiroid, defisiensi insulin.
·   Faktor Imunnologis :
Ketidakcocokan (inkompatibilisasi) sistem HLA (human Leukosyte Antigen)
·  Trauma :
(kasusnya jarang terjadi) umumnya, abortus terjadi segera setelah trauma tersebut. Misalnya trauma akibat pembedahan :
*  Pengangkatan ovarium yang mengandung korpus luteum graviditanum sebelum minggu ke 8
*  Pembedahan intraabdominal dan operasi pada uterus saat hamil.
    Kelainan Uterus :
Hipoplasia uterus, mioma (terutama mioma submukosa), serviks incompeten atau retrofleksi uteri gravid incarcerate, uteus arkuatus, uterus septus.
3. Faktor Fetal :
Kelainan yang paling sering di jumpai pada abortus adalah gangguan pertumbuhan zygot,embrio, janin atau plasenta. Kelainan tersebut biasanya menyebabkan terjadinya abortus pada trimester I, yakni :
·   Kelainan telur,  telur kosong (blighted ovum), kerusakan embrio atau kelainan kromosom (monosomi, trisomi atau poliploidi)
·   Embrio dengan kelainan local
·   Abnormalitas pada pembentukan plasenta (hipoplasi trofiblas)
·   Kelainan Plasenta : KPD, Kelainan Tali Pusat, vasa previa, infeksi pada plasenta, lepasnya plasenta.
4. Factor Eksternal
·   Obat-obatan :
Antagonis asam folat, antikoagulan. Sebaiknya tidak menggunakan obat-obatan sebelum usia kehamilan 16 minggu, kecuali telah di buktikan bahwa obat-obatan tersebut tidak membahayakan janin.
·   Radiasi :
Dosisi 1-10 rad bagi janin pada usia kehamilan 9 minggu pertama dapat merusak janin dan dosis yang lebih tinggi dapat menyebabkan keguguran.
·   Bahan Kimia :
Bahan-bahan kimia yang mengandung arsen dan benzene.
Patofisiologi :
            Terjadinya keguguran mulai dari terlepasnya sebagian atau seluruh jaringan plasenta yang menyebabkan perdarahan, sehingga janin kekurangan O2 dan nutrisi. Bagian yang terlepas di anggap benda asing, sehingga rahim berusaha untuk mengeluarkannya dengan kontraksi. Pengeluaran tersebut bisa spontan keseluruhan dan bisa juga tertinggal sebagian., yang menyebabkan berbagai penyulit. Sehingga keguguran memiliki gejala umum seperti kontraksi rahim, perdarahan pervaginam yang disertai dengan sebagian atau seluruh hasil konsepsi.
            Kebanyakan Abortus spontan terjadi segera setelah kematian janin yang kemudian diikuti dengan perdarahan ke dalam desisua basalis, lalu terjadi perubahan-perubahan nekrotik pada daerah implantasi, infiltrasi sel-sel perdarahan akut dan akhirnya perdarahan pervaginam. Buah kehamilan yang terlepas diinterpretasikan sebagai benda asing didalam rahim. Hal ini menyebabkan kontraksi terus menerus, sehingga terjadinya ekspulsi. Perlu ditekankan bahwa pada abortus spontan, kematian embrio biasanya terjadi paling lama 2 minggu sebelum perdarahan. Oleh karena itu pengobatan untuk mempertahankan janin tidak layak dilakukan jika telah terjadi perdarahan banyak, karena abortus tidak bisa dihindari.

Umur Kehamilan
Variasi
< 14 minggu
Plasenta belum terbentuk sempurna, dikeluarkan seluruh atau sebagian hasil konsepsi.
< 16 minggu
Plasenta sempurna dapat didahului dengan ketuban pecah diikuti pengeluaran hasil konsepsi dan berlanjut dengan pengeluaran plasenta (persalinan immaturus)
Lebih dari 6 minggu hasil konsepsi tidak dikeluarkan
Adanya ancaman baru dalam bentuk gangguan pembekuan darah

Klasifikasi :
Berdasarkan Pelaksanaannya atau Pelaku :
1. Abortus Spontan :
“keluarnya hasil konsepsi tanpa adanya intervensi medis maupun mekanis”
2. Abortus buatan (Abortus Provocatus : disengaja, digugurkan) :

a. Menurut kaidah Ilmu (abortus provocatus artificalis atau abortus theurapeuticus) : Indikasi abortus untuk kepentingan ibu. Misalnya : penyakit jantung, hipertensi esensial, dan karsinoma serviks.

Keputusan ini ditentukan oleh tim ahli (dokter ahli kebidanan, penyakit dalam dan psikiatri, atau psikolog)

b. Criminal (abortus provocatus criminalis) : Pengguguran tanpa alasan medis yang sah atau oleh orang yang tidak berwenang dan dilarang oleh hukum

Berdasarkan gambaran Klinisnya :
1.   Abortus imminens
2.   Abortus insipiens
3.   Abortus incomplite
4.   Abortus complete
5.   Abortus habitualis
6.   Abortus febrilis
7.   Abortus tertunda (missed abortion)
8.   Abortus infeksiosus

Cara pengeluaran Hasil Konsepsi
Keluarnya kantong korion pada kehamilan yang sangat dini, dan meninggalkan sisa desidua.
Kantong amnion dan isinya (fetus) didorong keluar, meninggalkan korion dan desidua.
Pecahnya korion terjadi dengan putusnya tali pusat dan pendorongan janin keluar, tetapi mempertahankan sisa amnion dan korion (hanya janin yang dikeluarkan)
Seluruh janin dan desidua yang melekat didorong keluar secara utuh.


Abortus Imminens
            Abortus mengancam, perdarahan bisa berlanjut beberapa hari atau dapat berulang.
      Gejala dan tanda :
v  Perdarahan sedikit dari jalan lahir
v   Usia kehamilan > 20 minggu
v  Nyeri perut bawah atau nyeri punggung bawah
v  Ostium tertutup
v  Uterus sesuai usia kehamilan, lunak
v  USG :  buah kehamilan utuh, ada tanda kehidupan janin
      Dasar diagnosis
a. Anamnesis
-  Kram perut bagian bawah
-  Perdarahan sedikit dari jalan lahir
-  HPHT
b. Pemeriksaan dengan inspekulo
-  Fluksus ada (sedikit)
-  Ostium uteri tertutup
-  Ukuran uterus sesuai dengan usia kehamilan
-  Uterus lunak
c. Pemeriksaan penunjang (USG)
-  Buah kehamilan none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;">  Buah kehamilan tidak baik, janin mati.
d.
-  Buah kehamilan tidak baik, janin mati.
d. Penanganan
-  Bila hasil USG : kehamilan utuh à tirah baring total/Bedrest 3x24 jam, tidak di perbolehkan aktivitas berlebih (jika masih perdarahan)
-  Bila hasil USG : meragukan à ulangi USG 1-2 minggu.
-  Rujuk ke fasilitas yang ada PONEKnya.


Abortus insipiens
            Keguguran membakat ini tidak dapat diberhentikan, karena setiap saat dapat terjadi ancaman perdarahan dan pengeluaran hasil konsepsi.
      Gejala dan tanda:
v  Perdarahan jalan lahir atau keluar cairan ketuban
v  Nyeri perut bagian bawah
v  Ostium terbuka
v  Buah kehamilan masih dalam rahim
v  Ketuban utuh (mungkin menonjol)
v  Uterus sesuai usia kehamilan
v  Janin biasanya sudah mati
      Dasar diagnosis
a. Anamnesis
-  Disertai nyeri / kontraksi rahim
-  Perdarahan jalan lahir
b. Pemeriksaan Inspekulo
-  Perdarahan sedang hingga banyak
-  Ostium uteri terbuka
-  Ukuran uterus sesuai dengan usia kehamilan
-  Buah kehamilan masih dalam rahim, belum terjadi ekspulsi hasil konsepsi
-  Ketuban utuh
c. Penanganan
-  < 16 mgg :
Ø Evakuasi dgn AVM
Ø Jika evakuasi tdk dpt dilakukan:
o ergometrin 0,2 mg IM dpt ulang tiap 15’atau misoprostol 400 mcg/oral (dpt diulang stlh 4 jam k/p)
o  segera lakukan persiapan pengeluaran hasil konsepsi dari uterus
-   >16 mgg :
Ø Tunggu ekspulsi spontan hasil konsepsi kemudian evakuasi sisa hasil konsepsi
Ø Memberikan cairan infus 20 U oksitosin dlm 500 mg (fisiologis atau RL) dengan kecepatan  40 tts/mnt
-  Tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan
-  Antibiotika (ampicillin atau derivatnya 3 x 500 mg)
-  Uterotonika (metil ergometrin 3 x 0,125 mg)

Abortus Incomplite
            Sebagian hasil konsepsi telah lahir dan sebagian lagi (biasanya plasenta) masih tertinggal didalam rahim.
      Gejala dan tanda :
v  Perdarahan dari jalan lahir, biasanya banyak
v  Demam
v  Lokea berbau busuk
v  Nyeri diatas simpisis atau di perut bawah
v  Adanya kontraksi abdomen
v  Bila perdarahan banyak à syok
v  Ostium terbuka
v  Teraba jaringan sisa kehamilan
      Dasar diagnosis
a. Anamnesis
-  Kram perut bagian bawah
-  Perdarahan banyak dari jalan lahir
b. Pemeriksaan Inspekulo
-  Perdarahan sedang hingga banyak
-  Teraba sisa jaringan buah kehamilan
-  Ostium Uteri terbuka
-  Ukuran uterus sesuai dengan usia kehamilan
c. Penanganan
-  < 16 minggu :
Ø Perdarahan tidak banyak :evakuasi secara digital atau dgn cunam ovum, jika perdarahan berhenti : beri ergometrin 0,2 mg IM / misoprostol 400 mcg oral
Ø Perdarahan banyak/terus berlangsung : evakuasi jaringan dgn AVM → metode yang terpilih (kuret tajam jika AVM tdk ada)
Ø Evakuasi tdk segera dilakukan : ergometrin 0,2 mg IM (ulang 15‘ k/p) atau misoprostol 400 mcg oral k/p
-   >16 minggu :
Ø Infus oksitosin 20 U dalam 500 mg fisiologis / RL
Ø Memberikan misoprostol 200 mcg pervaginam tiap 4 jam sampai ekspulsi hasil konsepsi (maks 800 mcg)
Ø Evakuasi hasil konsepsi dalam uterus
Ø Antibiotika (ampicillin atau derivatnya 3 x 500 mg)
Ø Uterotonika (metil ergometrin 3 x 0,125 mg) dan  tetap pantau kondisi ibu..!!!

Abortus complitus
            Hasil konsepsi lahir dengan lengkap, pada keadaan ini kuretase tidak perlu dilakukan.
      Gejala dan tanda :
v  Seluruh hasil konsepsi telah keluar
v  Perdarahan sedikit
v  Ostium uteri biasanya tertutup
v  Bila ostium terbuka : teraba uterus kosong
v  Besar uterus < dari usia kehamilan
      Dasar diagnosis
a. Anamnesis
-   Nyeri perut bagian bawah sedikit / bahkan tidak ada
-   Perdarahan dari jalan lahir sedikit
b. Pemeriksaan inspekulo
-   Perdarahan bercak sedikit hingga sedang
-   Teraba sisa jaringan buah kehamilan
-   Ostium uteri tertutup, bila ostium terbuka teraba rongga uterus kosong
-   Ukuran uterus sesuai dengan usia kehamilan
c. Penanganan
-   Tidak perlu evakuasi lagi
-   Antibiotika (ampicillin atau derivatnya 3 x 500 mg)
-   Uterotonika (metil ergometrin 3 x 0,125 mg)
-   Pantau kondisi ibu, bila anemia berikan sulfas ferosus 600 mg/ hari selama 2 minggu atau transfusi darah (bila anemia berat)
Abortus Habitualis
            Abortus spontan yang terjadi selama tiga kali berturut-turut atau lebih. Etiologi abortus ini adalah kelainan pada genetika, kelainan pada hormonal dan kelainan anatomis.
      Faktor :
v  Kehamilan Primi Tua
v  Terjadi 3 x/lebih berturut-turut
v  Kelainan Anatomis
v  Kelainan Hormonal
v  Kelainan Genetik

Abortus Febrilis
            Abortus ini disertai dengan nyeri atau febris (demam tinggi)
      Dasar diagnosis
a. Anamnesis
-   Panas
-   Perdarahan dari jalan lahir
b. Pemeriksaan inspekulo
-   Lokia berbau
-   Ostium uteri biasanya terbuka dan teraba sisa jaringan
c. Penanganan
-  Perbaiki keadaan umum (beri infus, transfuse, dan atasi syok septic bila ada)
-   Posisi fowler
-   Antibiotic yang adekuat
-   Uterotonik
-   Memberikan antibiotik secara IV selama 24 jam, dilanjutkan dengan evakuasi digital atau kuret tumpul.



Abortus Tertunda (missed abortion)
            Buah kehamilan yang tertanam di dalam rahim selama 8 minggu atau lebih.
      Gejala dan Tanda
v  Perdarahan sedikit (seperti abortus imminens)
v  Rahim tidak membesar
      Dasar diagnosis
1. Anamnesis
-   Buah dada mengecil
-   Tanpa nyeri
-   Perdarahan bisa ada / tidak
2. Pemeriksaan Fisik
-   Hilangnya tanda kehamilan
-   Tidak ada bunyi jantung janin
-   Berat badan menurun
-   Fundus Uteri lebih kecil dari usia kehamilan
3. Pemeriksaan Penunjang
-   USG : tampak janin tidak utuh dan membentuk gambaran yang kompleks
-   Laboratorium : Hb, Trombosit, Fobrinogen, waktu arahan, waktu pembekuan dan waktu protombin.

Penyulit Abortus :
1. Perdarahan yang hebat
2. Kerusakan serviks
3. Infeksi kadang-kadang sampai terjadi sepsis, infeksi dari tuba dapat mengakibatkan kemandulan
4. Perforasi
5. Syok bakterional : terjadi syok berat yang disebabkan oleh toksin-toksin.
  
Komplikasi :
  • Pendarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi darah. Kematian karena pendarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan pada waktunya
  • Perforasi : perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi hiperretrofleksi jika terjadi peristiwa ini penderita perlu diamati-amati dengan teliti. Jika ada tanda bahaya perlu segera dilakukan laparatomi dan tergantung dari luas dan bentuk perforasi. Penjaitan luka perforasi atau perlu histerektomi perforasi uterus pada abortus yang dikerjakan oleh orang awam menimbulkan persoalan gawat karena perlukaan uterus biasanya luas mungkin mungkin pula terjadi perlukaan pada kandung kemih atau usus. Dengan adanya dugaan atau kepastian terjadinya perforasi, laparatomi segera dilakukan untuk menentukan luasnya cidera untuk selanjutnya mengambil tindakan-tindakan seperlunya guna mengatasi komplikasi
  • Infeksi : Biasanya ditemukan pada abortus inkompletus dan lebih sering pada abortus buatan yang dikerjakan tanpa memperhatikan asepsis dan antisepsis
  • Syok : Syok pada abortus bisa terjadi karena pendarahan (syok hemorogik) dan karena infeksi perut (syok endoseptik)  (Wiknjosastro, 2005 : 313)
Pencegahan abortus :
upaya untuk mencegah kematian janin, khususnya yg sudah atau mendekati atterm adalah bila ibu merasakan gerakan janin menurun, tidak bergerak atau bergerak keras. perlu di lakukan pemeriksaan ultrasonografi. perhatikan adanya solusio plasenta.
pada gemelli dengan T+T (twin to twin transfusion) pencegahan dilakukan dengan koagulasi pembuluh anastomisis.
0 Responses

Posting Komentar

PerpustakaanSarahLayaShafura. Diberdayakan oleh Blogger.