Pendahuluan
Pada
era globalisasi sekarang ini, persaingan yang sangat tajam terjadi baik di
pasar domestik maupun di pasar internasional/global. Agar perusahaan dapat
berkembang dan paling tidak bisa bertahan hidup, perusahaan tersebut harus
mampu menghasilkan produk barang dan jasa dengan mutu yang lebih baik, harganya
lebih murah, promosi lebih efektif, penyerahan barang ke konsumen lebih cepat,
dan dengan pelayanan yang lebih baik apabila dibandingkan dengan para pesaingnya.
Kondisi demikian mempunyai arti, bahwa
perusahaan yang akan memenangkan persaingan dalam segmen pasar yang telah
dipilih harus mampu mencapai tingkat mutu, bukan hanya mutu produknya, akan
tetapi mutu ditinjau dari segala aspek, seperti mutu bahan mentah dan pemasok
harus bagus (bahan baku yang jelek akan menghasilkan produk yang jelek pula),
mutu sumber daya manusia (tenaga kerja) yang mampu bekerja secara efisien
sehingga harga produk bias lebih murah dari pada harga pesaingnya, promosi yang
efektif (bermutu), sehingga mampu memikat para pembeli sehingga pada gilirannya
akan meningkatkan jumlah pembeli. Mutu distribusi yang mampu menyerahkan produk
sesuai dengan waktu yang dikehendaki oleh pembeli, serta mutu karyawan yang
mampu melayani pembeli dengan memuaskan. Inilah yang dimaksud mutu terpadu
secara menyeluruh (total quality).
Banyak perusahaan Jepang yang
memperoleh sukses global, karena memasarkan produk yang sangat bermutu. Bagi
perusahaan/organisasi ingin mengikuti perlombaan bersaing untuk meraih
laba/manfaat tidak ada jalan lain kecuali harus menerapkan Total Quality
Management. Philip Kolter (1994) mengatakan : “Quality is our best
assurance of custemer allegiance, our strongest defence against foreign
competition and the only path to sustair growth and earnings”.
Ada
hubungan yang erat antara mutu produk (barang dan jasa), kepuasan pelanggan,
dan laba perusahaan. Makin tinggi mutu suatu produk, makin tinggi pula kepuasan
pelanggan dan pada waktu yang bersamaan akan mendukung harga yang tinggi dan
seringkali biaya rendah. Oleh karena itu program perbaikan mutu bertujuan
menaikkan laba. Dari penelitian membuktikan ada korelasi yang kuat antara mutu
dengan laba yang dapat diraih oleh perusahaan.
Sesuai dengan judul di atas tulisan ini
akan membahas tentang Total Quality Management atau Manajemen Mutu Terpadu dan
hal-hal yang berkaitan dengannya, yang akan terlihat pada tulisan berikut.
Sejarah Tentang Mutu
Pada mulanya mutu produk ditentukan
oleh produsen. Pada perkembangan selanjutnya, mutu produk ditentukan oleh
pembeli, dan produsen mengetahuinya bahwa produk itu bermutu bagus yang memang
dapat dijual, karena produk tersebut dibutuhkan oleh pembeli dan bukan menjual
produk yang dapat diproduksi.
Perkembangan mutu terpadu pada mulanya
sebagai suatu system, perkembangan di Amerika Serikat. Buah pikiran mereka pada
mulanya kurang diperhatikan oleh masyarakat, khususnya masyarakat bisnis. Namun
beberapa dari mereka merupakan pemegang kunci dalam pengenalan dan pengembangan
konsep mutu. Sejak 1980 keterlibatan mereka dalam manajemen terpadu telah
dihargai di seluruh dunia. Adapun konsep-konsep mereka tentang mutu terpadu
secara garis besar dapat dikemukakan berikut ini.
1. F.W. Taylor (1856-1915)
Seorang insiyur
mengembangkan satu seri konsep yang merupakan dasar dari pembagian kerja
(devision of work).
Analisis dengan
pendekatan gerak dan waktu (time and motion study) untuk pekerjaan manual,
memperoleh gelar “Bapak Manajemen Ilmiah” (The Farther of Scientific
Management). Dalam bukunya tersebut Taylor menjelaskan beberapa elemen tentang
teori manajemen, yaitu :
- Setiap orang harus mempunyai tugas yang jelas dan harus diselesaikan dalam satu hari.
- Pekerjaan harus memiliki peralatan yang standar untuk menyelesaikan tugas yang menjadi bagiannya.
- Bonus dan intensif wajar diberikan kepada yang berprestasi maksimal.
- Penalti yang merupakan kerugian bagi pekerjaan yang tidak mencapai sasaran yang telah ditentukan (personal loss).
Taylor memisahkan
perencanaan dari perbaikan kerja dan dengan demikian memisahkan pekerjaan dari
tanggung jawab untuk memperbaiki kerja.
2. Shewhart (1891-1967)
Adalah seorang ahli
statistik yang bekerja pada “Bell Labs” selama periode 1920-1930. Dalam bukunya
“The Economic Control of Quality Manufactured Products”, merupakan suatu
kontribusi yang menonjol dalam usaha untuk memperbaiki mutu barang hasil
pengolahan. Dia mengatakan bahwa variasi terjadi pada setiap segi pengolahan
dan variasi dapat dimengerti melalui penggunaan alat statistik yang sederhana. Sampling
dan probabilitas digunakan untuk membuat control chart untuk memudahkan para
pemeriksa mutu, untuk memilih produk mana yang memenuhi mutu dan tidak.
Penemuan Shewhart sangat menarik bagi Deming dan Juran, dimana kedua sarjana
ini ahli dalam bidang statistik.
3. Edward Deming
Lahir tahun 1900 dan
mendapat Ph. D pada 1972 sangat menyadari bahwa ia telah memberikan pelajaran
tentang pengendalian mutu secara statistik kepada para insinyur bukan kepada
para manajer yang mempunyai wewenang untuk memutuskan. Katanya : “Quality
is not determined on the shop floor but in the executive suite”. Pada 1950,
beliau diundang oleh, “The Union to Japanese Scientists and Engineers (JUSE)” untuk memberikan
ceramah tentang mutu. Pendekatan Deming dapat disimpulkan sebagai berikut :
- Quality is primarily the result of senior management actions and not the results of actions taken by workers.
- The system of work that determines how work is performed and only managers can create system.
- Only manager can allocate resources, provide training to workers, select the equipment and tools that worekers use, and provide the plant and environment necessary to achieve quality.
- Only senior managers determine the market in which the firm will participate and what product or service will be solved.
Hal ini berarti bahwa
tanpa keterlibatan pimpinan secara aktif tidak mungkin tercapai manajemen mutu
terpadu.
4. Prof Juran
Mengunjungi Jepang
pada tahun 1945. Di Jepang Juran membantu pimpinan Jepang di dalam
menstrukturisasi industri sehingga mampu mengekspor produk ke pasar dunia. Ia
membantu Jepang untuk mempraktekkan konsep mutu dan alat-alat yang dirancang
untuk pabrik ke dalam suatu seri konsep yang menjadi dasar bagi suatu
“management process” yang terpadu. Juran mendemonstrasikan tiga proses
manajerial untuk mengelola keuangan suatu organisasi yang dikenal dengan
trilogy Juran yaitu, Finance Planning, Financial control,
financial improvement.
Adapun rincian trilogy itu sebagai berikut :
- Quality planning, suatu proses yang mengidentifikasi pelanggan dan proses yang akan menyampaikan produk dan jasa dengan karakteristik yang tepat dan kemudian mentransfer pengetahuan ini ke seluruh kaki tangan perusahaan guna memuaskan pelanggan.
- Quality control, suatu proses dimana produk benar-benar diperiksa dan dievaluasi, dibandingkan dengan kebutuhan-kebutuhan yang diinginkan para pelanggan. Persoalan yang telah diketahui kemudian dipecahkan, misalnya mesin-mesin rusak segera diperbaiki.
- Quality improvement, suatu proses dimana mekanisme yang sudah mapan dipertahankan sehingga mutu dapat dicapai berkelanjutan. Hal ini meliputi alokasi sumber-sumber, menugaskan orang-orang untuk menyelesaikan proyek mutu, melatih para karyawan yang terlibat dalam proyek mutu dan pada umumnya menetapkan suatu struktur permanen untuk mengejar mutu dan mempertahankan apa yang telah dicapai sebelumnya.
Uraian tokoh-tokoh
mutu di atas sekedar menggambarkan secara singkat saja. Masih banyak para
sarjana di bidang mutu yang tidak sempat ditulis pada kesempatan ini. Yang
jelas para sarjana tersebut sependapat bahwa konsep : “pentingnya perbaikan
mutu secara terus menerus bagi setiap produk walaupun tehnik yang diajarkan
berbeda-beda”. Kini sampailah pada pengertian mutu yang diambil dari America
Society for Quality Control yang mengatakan : Quality is the totality of
features and characteristics of a product or service that bear on its ability
to satisty stated of implied needs (Kotler : 1994).
Definisi di atas
berkonotasi kepada pelanggan. Produk bermutu kalau dapat memuaskan para
pelanggan yang mengkonsumsi produk tersebut.
Manajemen mutu terpadu
Kita
sependapat bahwa mutu tidak ditentukan oleh pekerjaan di bengkel atau oleh
tehnis pemberi jasa yang bekerja melayani pelanggan akan tetapi ditentukan oleh
para manajer senior suatu organisasi yang berkat posisi yang dimilikinya
bertanggung jawab kepada pelanggan, karyawan, pemasok dan pemegang saham untuk
keberhasilan suatu usaha. Manajer senior ini mengalokasikan implementasi proses
manajemen yang memungkinkan perusahaan memenuhi visi dan misi mereka. Dengan
mengkombinasikan prinsip-prinsip tentang mutu oleh para ahli dengan pengalaman
praktek telah dicapai pengembangan suatu model sederhana akan tetapi sangat
efektif untuk mengimplementasikan manajemen mutu terpadu. Model tersebut
terdiri dari komponen-komponen berikut :
Tujuan
|
:
|
Perbaikan terus menerus, artinya
mutu selalu diperbaiki dan disesuaikan dengan perubahan yang menyangkut
kebutuhan dan keinginan para pelanggan.
|
Prinsip
|
:
|
Fokus pada pelanggan, perbaikan
proses dan keterlibatan total.
|
Elemen
|
:
|
Kepemimpinan, pendidikan dan
pelatihan, struktur pendukung, komunikasi, ganjaran dan pengakuan serta
pengukuran.
|
Model di atas dibentuk berdasarkan tiga prinsip mutu terpadu
yaitu :
- Fokus kepada pelanggan, baik pelanggan internal maupun eksternal.
- Fokus pada perbaikan proses kerja untuk memproduksi secara konsisten produk yang dapat diterima.
- Fokus yang memanfaatkan bakat para karyawan.
Tiga prinsip mutu
Tiga prinsip mutu yang di atas yaitu :
1. Fokus pada pelanggan
Mutu berdasarkan pada
konsep bahwa setiap orang mempunyai pelanggan dan bahwa kebutuhan dan harapan
pelanggan harus dipenuhi setiap saat kalau organisasi/perusahaan secara
keseluruhan bermaksud memenuhi kebutuhan pelanggan eksternal (pembeli).
2. Perbaikan proses
Konsep perbaikan
terus menerus dibentuk berdasarkan pada premisi suatu seri (urutan)
langkah-langkah kegiatan yang berkaitan dengan menghasilkan output seperti
produk berupa barang dan jasa. Perhatian secara terus menerus bagi setiap
langkah dalam proses kerja sangat penting untuk mengurangi keragaman dari
output dan memperbaiki keandalan. Tujuan pertama perbaikan secara terus menerus
ialah proses yang handal, dalam arti bahwa dapat diproduksi yang diinginkan
setiap saat tanpa variasi yang diminimumkan. Apabila keragaman telah dibuat
minimum dan hasilnya belum dapat diterima maka tujuan kedua dari perbaikan
proses ialah merancang kembali proses tersebut untuk memproduksi output yang
lebih dapat memenuhi kebutuhan pelanggan, agar pelanggan puas.
3. Keterlibatan total
Pendekatan ini
dimulai dengan kepemimpinan manajemen senior yang aktif dan mencakup usaha yang
memanfaatkan bakat semua karyawan dalam suatu organisasi untuk mencapai suatu
keunggulan kompetitif (competitive advantage) di pasar yang dimasuki. Karyawan
pada semua tingkatan diberi wewenang/kuasa untuk memperbaiki output melalui
kerjasama dalam struktur kerja baru yang luwes (fleksibel) untuk memecahkan
persoalan, memperbaiki proses dan memuaskan pelanggan. Pemasok juga dilibatkan
dan dari waktu ke waktu menjadi mitra melalui kerjasama dengan para karyawan
yang telah diberi wewenang/kuasa yang dapat menguntungkan
organisasi/perusahaan. Pada waktu yang sama keterlibatan pimpinan bekerjasama
dengan karyawan yang telah diberi kuasa tersebut.
Elemen pendukung dalam TQM
Elemen-elemen pendukung dimaksud adalah
:
1. Kepemimpinan
Manajer senior harus
mengarahkan upaya pencapaian tujuan dengan memberikan, menggunakan alat dan
bahan yang komunikatif, menggunakan data dan menggali siapa-siapa yang berhasil
menerapkan konsep manajemen mutu terpadu. Ketika memutuskan untuk menggunakan
MMT/TQM sebagai kunci proses manajemen, peranan manajer senior sebagai penasihat,
guru dan pimpinan tidak bisa diremehkan.
Pimpinan Senior suatu
organisasi harus sepenuhnya menghayati implikasi manajemen di dalam suatu
ekonomi internasional di mana manajer yang paling berhasil, paling mampu dan
paling hebat pendidikannya di dunia, harus diperebutkan melalui persaingan yang
ketat. Kenyataan hidup yang berat ini akan menyadarkan manajer senior mengakui
bahwa mereka harus mengembangkan secara partisipatif, baik misi dan visi mereka
maupun proses manajemen, yang dapat mereka pergunakan untuk mencapai keduanya.
Pimpinan bisnis harus
mengerti bahwa MMT adalah suatu proses yang terdiri dari tiga prinsip dan
elemen-elemen pendukung yang harus mereka kelola agar mencapai perbaikan mutu
yang berkesinambungan sebagai kunci keunggulan bersaing.
2. Pendidikan dan Pelatihan
Mutu didasarkan pada
ketrampilan setiap karyawan yang pengertiannya tentang apa yang dibutuhkan oleh
pelanggan ini mencakup mendidik dan melatih semua karyawan, memberikan baik
informasi yang mereka butuhkan untuk menjamin perbaikan mutu dan memecahkan
persoalan. Pelatihan inti ini memastikan bahwa suatu bahasa dan suatu set alat
yang sama akan diperbaiki di seluruh perusahaan. Pelatihan tambahan pada bench
marking, statistik dan teknik lainnya juga dipergunakan dalam rangka mencapai
kepuasan pelanggan yang paripurna.
3. Struktur Pendukung
Manajer senior
mungkin memerlukan dukungan untuk melakukan perubahan yang dianggap perlu
melaksanakan strategi pencapaian mutu. Dukungan semacam ini mungkin diperoleh
dari luar melalui konsultan, akan tetapi lebih baik kalau diperoleh dari dalam
organisasi itu sendiri. Suatu staf pendukung yang kecil dapat membantu tim
manajemen senior untuk mengartikan konsep mengenai mutu, membantu melalui
“network” dengan manajer mutu di bagian lain dalam organisasi dan membantu
sebagai narasumber mengenai topik-topik yang berhubungan dengan mutu bagi tim
manajer senior.
4. Komunikasi
Komunikasi dalam
suatu lingkungan mutu mungkin perlu ditempuh dengan cara berbeda-beda agar
dapat berkomunimasi kepada seluruh karyawan mengenai suatu komitmen yang
sungguh-sungguh untuk melakukan perubahan dalam usaha peningkatan mutu. Secara
ideal manajer harus bertemu pribadi dengan para karyawan untuk menyampaikan
informasi, memberikan pengarahan, dan menjawab pertanyaan dari setiap karyawan.
5. Ganjaran dan Pengakuan
Tim individu yang
berhasil menerapkan proses mutu harus diakui dan mungkin diberi ganjaran,
sehingga karyawan lainnya sebagai anggota organisasi akan mengetahui apa yang
diharapkan. Gagal mengenali seseorang mencapai sukses dengan menggunakan proses
menejemen mutu terpadu akan memberikan kesan bahwa ini bukan arah menuju
pekerjaan yang sukses, dan menungkinkan promosi atau sukses individu secara
menyeluruh. Jadi pada dasarnya karyawan yang berhasil mencapai mutu tertentu
harus diakui dan diberi ganjaran agar dapat menjadi panutan/contoh bagi
karyawan lainnya.
6. Pengukuran
Penggunaan data hasil
pengukuran menjadi sangat penting di dalam menetapkan proses manajemen mutu.
Jelaskan, pendapat harus diganti dengan data dan setiap orang harus diberitahu
bahwa yang penting bukan yang dipikirkan akan tetapi yang diketahuinya
berdasarkan data. Di dalam menentukan penggunaan data, kepuasan pelanggan
eksternal harus diukur untuk menentukan seberapa jauh pengetahuan pelanggan
bahwa kebutuhan mereka benar-benar dipenuhi.
Pengumpulan data
pelanggan memberikan suatu tujuan dan penilaian kinerja yang realistis serta
sangat berguna di dalam memotivasi setiap orang/karyawan untuk mengetahui
persoalan yang sebenarnya.
Di samping keenam
elemen pendukung di atas, maka ada unsure yang tidak bisa diabaikan yaitu gaya
kepemimpinan dalam organisasi/perusahaan bersangkutan. Suatu cara/gaya
bagaimana seorang manajer sebagai seorang pimpinan melakukan sesuatu sangat
berpengaruh pada pelaksanaan tugas yang dilakukan oleh bawahan/karyawan.
Terdapat 13 hal yang perlu dimiliki oleh seorang pimpinan dalam manajemen mutu
terpadu yaitu :
- Pimpinan mendasarkan keputusan pada data, bukan hanya pendapat saja.
- Pimpinan merupakan pelatih, dan fasilitator bagi setiap individu/bawahan.
- Pimpinan harus secara aktif terlibat dalam pemecahan masalah yang dihadapi oleh bawahan.
- Pimpinan harus bisa membangun komitmen, yang menjamin bahwa setiap orang memahami misi, visi, nilai dan target perusahaan yang jelas.
- Pimpinan dapat membangun dan memelihara kepercayaan
- Pimpinan harus paham betul untuk mengucapkan terima kasih kepada bawahan yang berhasil/berjasa
- Aktif mengadakan kaderisasi melalui pendidikan dan pelatihan yang terprogram
- Berorientasi selalu pada pelanggan internal/eksternal
- Pendai menilai situasi dan kemampuan orang lain secara tepat
- Dapat menciptakan suasana kerja yang sangat menyenangkan
- Mau mendengar dan menyadari kesalahan
- Selalu berusaha memperbaiki system dan banyak berimprovisasi
- Bersedia belajar kapan saja dan di mana saja
- Bagaimana Penerapannya di Indonesia?
Berdasarkan data yang
ada telah dibuktikan penerapan manajemen mutu terpadu telah berhasil dengan
baik di Jepang kalau dilaksanakan secara konsekuen, sehingga membuktikan produk
Jepang telah menbanjiri pasar, terutama di Amerika Serikat untuk produk mobil
dan elektronik, walaupun cikal bakal manajemen mutu berasal dari negara Paman
Sam tersebut. Sukses ekonomi luar biasa ini rupakan menyadarkan Amerika Serikat
untuk menerapkan manajemen mutu terpadu. Hal ini kemudian diikuti oleh
negara-negara di Eropa dan Timur Tengah dalam tingkat perintisan.
Mungkinkah TQM dapat
diterapkan di Indonesia? Jawabnya mungkin saja kalau dipenuhi syarat-syarat
berikut :
- Setiap perusahaan/organisasi harus secara terus meneurus melakukan perbaikan mutu produk dan pelayanan, sehingga dapat memuaskan para pelanggan.
- Memberikan kepuasan kepada pemilik, pemasok, karyawan dan para pemegang saham.
- Memiliki wawasan jauh kedepan dalam mencari laba dan memberikan kepuasan.
- Fokus utama ditujukan pada proses, baru menyusul hasil.
- Menciptakan kondisi di mana para karyawan aktif berpartisipasi dalam menciptakan keunggulan mutu.
·
Ciptakan
kepemimpinan yang berorientasi pada bawahan dan aktif memotivasi karyawan bukan
dengan cara otoriter, sehingga di peroleh suasan kondusif bagi lahirnya ide-ide
baru.
·
Rela
memberikan ganjaran, pengakuan bagi yang sukses dan mudah memberikan maaf bagi
yang belum berhasil/berbuat salah.
·
Setiap
keputusan harus berdasarkan pada data, baru berdasarkan pengalaman/ pendapat.
·
Setiap
langkah kegiatan harus selalu terukur jelas, sehingga pengawasan lebih mudah.
·
Program
pendidikan dan pelatihan hendaknya menjadi urutan utama dalam upaya peningkatan
mutu.
Kesimpulan
Menghadapi era
globalisasi sekarang ini, setiap perusahaan/organisasi harus mampu menghasilkan
produk dengan mutu yang baik, harga lebih murah dan pelayanan yang lebih baik
pula dibandingkan dengan pesaing-pesaingnya. Untuk mencapai tujuan tersebut,
diperlukan perbaikan mutu semua aspek yang berkaitan produk tersebut yaitu :
bahan mentah, karyawan yang terlatih, promosi yang efektif dan pelayanan
memuaskan bagi pembeli, sehingga pembeli akan menjadi pelanggan yang setia.
Mutu yang tercipta dengan kondisi seperti itulah yang disebut mutu terpadu
secara menyeluruh (Total Quality).
Untuk keberhasilan
pengembangan mutu di atas, diperlukan juga elemen pendukung seperti :
kepemimpinan, pendidikan dan pelatihan, struktur pendukung, komunikasi,
ganjaran dan pengakuan, serta pengukuran. Keberhasilan manajemen Jepang karena
negeri ini secara konsekuen melaksanakan prinsip-prinsip mutu terpadu seperti
di atas, yang kemudian di contoh oleh Amerika Serikat, Eropa dan negara-negara
di Timur Tengah. Di Indonesia menerapkan Manajemen Mutu Terpadu akan berhasil
kalau secara konsekuen pula mengikuti prinsip-prinsip dasar mutu terpadu, serta
dilengkapi dengan karakteristik bumi Indonesia, seperti budaya, adat-istiadat
dan lain sebagainya.
Posting Komentar