س - هل يجوز التسمي بالسلفي، والأثري؛ علمًا بأنَّنا لَم نر أحدًا
من أهل العلم السابقين كالأئمة الأربعة -رحمهم الله-، ومن جاء بعدهم
كشيخ الإسلام بن تيمية، وتلميذه ابن القيم -رحمهما الله-، ومن جاء بعدهم
كأئمة الدعوة النجدية، وعلى رأسهم الإمام محمد بن عبد الوهاب -رحمهم الله-،
ومن جاء بعدهم من أهل العلم كسماحة الشيخ عبد العزيز بن باز -رحمه الله-
وفضيلة
الشيخ العلامة الْمُحدث محمد ناصر الدين الألباني -رحمه الله-
لَم
نرهم تسموا بِهذا الاسم أفتونا مأجورين ؟
Pertanyaan, “Apa diperbolehkan memberi
embel-embel as salafy atau al atsari? Padahal kami tidak
mengetahui adanya ulama terdahulu semisal imam mazhab yang empat atau pun para
ulama setelahnya semisal Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah dan muridnya Ibnul
Qayyim serta para ulama setelahnya semisal para ulama pengibar dakwah
salafiyyah di negeri Nejd terutama Imam Muhammad bin Abdul Wahhab dan para
ulama setelahnya semisal Syaikh Abdul Aziz bin Baz dan pakar hadits Allamah
Muhammad Nashiruddin al Albani yang memberikan embel-embel al atsari atau as
salafy di belakang nama mereka”
ج -
التسمي بالسلفي والأثري مباحٌ، وجائزٌ
لمن هو متَّبعٌ في منهجه، وعقيدته، وعمله للسلف،
Jawaban Syaikh Ahmad bin Yahya an
Najmi, “Memberi embel-embel as salafy atau al atsari di belakang
nama seseorang hukumnya adalah mubah bagi orang yang benar-benar
mengikuti manhaj salaf, orang yang akidah dan amalnya meneladani salaf.
فإنَّ تسمَّى بذلك خدعةً للسلفيين،
ومكرًا بِهم فهو منافق،
Namun jika embel-embel tersebut untuk
menipu dan memperdaya ahlu sunnah salafiyyin maka dia adalah munafik (baca:
kondisi lahiriahnya tidak sesuai dengan kondisi batinnya).
وإن تسمَّى بذلك وهو مقصر في العمل؛
بعيدٌ عمَّا كان عليه السلف، فهو مراءٍ،
Sedangkan jika orang yang punya
embel-embel tersebut amal memprihatinkan, sangat jauh dari salaf maka dia
adalah orang yang riya atau pamer dengan embel-embel tersebut.
ومن تسمَّى بذلك وهو مستقيمٌ على منهج
السلف بحسب طاقته، فذلك هو الذي وافق اسمه مسمَّاه، وظاهره باطنه،
Jika orang yang punya embel-embel
tersebut memang orang yang tegak di atas manhaj salaf semaksimal kemampuan yang
dia miliki maka dialah orang yang gelarannya sesuai dengan kenyataan,
lahiriahnya sesuai dengan batinnya.
ولعلَّ أولئك الأئمة تركوا التسمي
بذلك؛ لأنَّ في هذه التسمية شيءٌ من التزكية، فخافوا من أن يزكوا أنفسهم بذلك؛
امتثالاً لقوله تعالى:
﴿فَلا تُزَكُّوا
أَنْفُسَكُمْ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنِ اتَّقَى﴾ [النجم:
من الآية32]
والله أعلم
Boleh jadi para imam tersebut tidak
memberikan embel-embel tersebut di belakang nama mereka karena embel-embel
tersebut mengandung unsur memuji diri sendiri. Mereka khawatir melakukan
tindakan memuji diri sendiri dengan hal tersebut dalam rangka melaksanakan
firman Allah yang artinya “Janganlah kalian memuji diri kalian sendiri
karena Allahlah yang lebih mengetahui siapa saja kah yang benar-benar bertakwa”
[QS an Najm:32]. Wallahu a’lam” [al Fatawa al Jaliyyah ‘an al Manahij ad
Da’awiyyah karya Syaikh Ahmad bin Yahya bin Muhammad an Najmi juz 2 hal 36-37].
Jika mereka, para imam khawatir memuji diri sendiri dengan embel-embel tersebut maka tentu kita lebih layak untuk merasa khawatir.
Posting Komentar