Berikut adalah postingan dari milis yang saya ikuti. Semoga kita dapat mengambil pelajaran darinya.... amin.
***
Tiga Bulan Tidak Mampu Memandang Wajah Suami
Perkawinan
itu telah berjalan empat tahun, namun pasangan suami istri itu belum
dikaruniai seorang anak. Dan mulailah kanan kiri berbisik-bisik: "kok
belum punya anak juga ya, masalahnya di siapa ya? Suaminya atau
istrinya ya?". Dari berbisik-bisik, akhirnya menjadi berisik.
Tanpa
sepengetahuan siapa pun, suami istri itu pergi ke salah seorang dokter
untuk konsultasi, dan melakukan pemeriksaaan. Hasil lab mengatakan bahwa
sang istri adalah seorang wanita yang mandul, sementara sang suami
tidak ada masalah apa pun dan tidak ada harapan bagi sang istri untuk
sembuh dalam arti tidak peluang baginya untuk hamil dan mempunyai
anak.Melihat hasil seperti itu, sang suami mengucapkan: inna lillahi wa
inna ilaihi raji'un, lalu menyambungnya dengan ucapan: Alhamdulillah.
Sang
suami seorang diri memasuki ruang dokter dengan membawa hasil lab dan
sama sekali tidak memberitahu istrinya dan membiarkan sang istri
menunggu di ruang
tunggu
perempuan yang terpisah dari kaum laki-laki.Sang suami berkata kepada
sang dokter: "Saya akan panggil istri saya untuk masuk ruangan, akan
tetapi, tolong, nanti anda jelaskan kepada istri saya bahwa masalahnya
ada di saya, sementara dia tidak ada masalah apa-apa.Kontan saja sang
dokter menolak dan terheran-heran.
Akan
tetapi sang suami terus memaksa sang dokter, akhirnya sang dokter
setuju untuk mengatakan kepada sang istri bahwa masalah tidak datangnya
keturunan ada pada sang suami dan bukan ada pada sang istri.Sang suami
memanggil sang istri yang telah lama menunggunya, dan tampak pada
wajahnya kesedihan dan kemuraman. Lalu bersama sang istri ia memasuki
ruang dokter. Maka sang dokter membuka amplop hasil lab, lalu membaca
dan mentelaahnya, dan kemudian ia berkata: "… Oooh, kamu –wahai fulan-
yang mandul, sementara istrimu tidak ada masalah, dan tidak ada harapan
bagimu untuk sembuh.
Mendengar
pengumuman sang dokter, sang suami berkata: inna lillahi wa inna ilaihi
raji'un, dan terlihat pada raut wajahnya wajah seseorang yang menyerah
kepada qadha dan qadar Allah SWT.
Lalu
pasangan suami istri itu pulang ke rumahnya, dan secara perlahan namun
pasti, tersebarlah berita tentang rahasia tersebut ke para tetangga,
kerabat dan sanak saudara.Lima (5) tahun berlalu dari peristiwa tersebut
dan sepasang suami istri bersabar, sampai akhirnya datanglah
detik-detik yang sangat menegangkan, di mana sang istri berkata kepada
suaminya: "Wahai fulan, saya telah bersabar selama Sembilan (9) tahun,
saya tahan-tahan untuk bersabar dan tidak meminta cerai darimu, dan
selama ini semua orang berkata:" betapa baik dan shalihah-nya sang istri
itu yang terus setia mendampingi suaminya selama Sembilan tahun,
padahal dia tahu kalau dari suaminya, ia tidak akan memperoleh
keturunan".
Namun,
sekarang rasanya saya sudah tidak bisa bersabar lagi, saya ingin agar
engkau segera menceraikan saya, agar saya bisa menikah dengan lelaki
lain dan mempunyai keturunan darinya, sehingga saya bisa melihat
anak-anakku, menimangnya dan mengasuhnya.Mendengar emosi sang istri yang
memuncak, sang suami berkata: "istriku, ini cobaan dari Allah SWT, kita
mesti bersabar, kita mesti …, mesti … dan mesti …". Singkatnya, bagi
sang istri, suaminya malah berceramah dihadapannya.Akhirnya sang istri
berkata: "OK, saya akan tahan kesabaranku satu tahun lagi, ingat, hanya
satu tahun, tidak lebih".
Sang suami setuju, dan dalam dirinya, dipenuhi harapan besar, semoga Allah SWT memberi jalan keluar yang terbaik bagi keduanya.
Beberapa
hari kemudian, tiba-tiba sang istri jatuh sakit, dan hasil lab
mengatakan bahwa sang istri mengalami gagal ginjal.Mendengar keterangan
tersebut, jatuhnya psikologis sang istri, dan mulailah memuncak
emosinya. Ia berkata kepada suaminya: "Semua ini gara-gara kamu, selama
ini aku menahan kesabaranku, dan jadilah sekarang aku seperti ini,
kenapa selama ini kamu tidak segera menceraikan saya, saya kan ingin
punya anak, saya ingin memomong dan menimang bayi, saya kan … saya kan
…".Sang istri pun bed rest di rumah sakit.
Di
saat yang genting itu, tiba-tiba suaminya berkata: "Maaf, saya ada
tugas keluar negeri, dan saya berharap semoga engkau baik-baik
saja"."Haah, pergi?". Kata sang istri."Ya, saya akan pergi karena tugas
dan sekalian mencari donatur ginjal, semoga dapat". Kata sang
suami.Sehari sebelum operasi, datanglah sang donatur ke tempat
pembaringan sang istri.
Maka
disepakatilah bahwa besok akan dilakukan operasi pemasangan ginjal dari
sang donatur.Saat itu sang istri teringat suaminya yang pergi, ia
berkata dalam dirinya: "Suami apa an dia itu, istrinya operasi, eh dia
malah pergi meninggalkan diriku terkapar dalam ruang bedah
operasi".Operasi berhasil dengan sangat baik. Setelah satu pekan,
suaminya datang, dan tampaklah pada wajahnya tanda-tanda orang yang
kelelahan.Ketahuilah bahwa sang donatur itu tidak ada lain orang
melainkan sang suami itu sendiri. Ya, suaminya telah menghibahkan satu
ginjalnya untuk istrinya, tanpa sepengetahuan sang istri, tetangga dan
siapa pun selain dokter yang dipesannya agar menutup rapat rahasia
tersebut.
Dan
subhanallah …Setelah Sembilan (9) bulan dari operasi itu, sang istri
melahirkan anak. Maka bergembiralah suami istri tersebut, keluarga besar
dan para tetangga.Suasana rumah tangga kembali normal, dan sang suami
telah menyelesaikan studi S2 dan S3-nya di sebuah fakultas syari'ah dan
telah bekerja sebagai seorang panitera di sebuah pengadilan di Jeddah.
Ia pun telah menyelesaikan hafalan Al-Qur'an dan mendapatkan sanad
dengan riwayat Hafs, dari `Ashim.
Pada
suatu hari, sang suami ada tugas dinas jauh, dan ia lupa menyimpan buku
hariannya dari atas meja, buku harian yang selama ini ia sembunyikan.
Dan tanpa sengaja, sang istri mendapatkan buku harian tersebut,
membuka-bukanya dan membacanya.Hamper saja ia terjatuh pingsan saat
menemukan rahasia tentang diri dan rumah tangganya. Ia menangis
meraung-raung. Setelah agak reda, ia menelpon suaminya, dan menangis
sejadi-jadinya, ia berkali-kali mengulang permohonan maaf dari suaminya.
Sang suami hanya dapat membalas suara telpon istrinya dengan menangis
pula.
Dan
setelah peristiwa tersebut, selama tiga bulanan, sang istri tidak
berani menatap wajah suaminya. Jika ada keperluan, ia berbicara dengan
menundukkan mukanya, tidak ada kekuatan untuk memandangnya sama sekali.
(Diterjemahkan
dari kisah yang dituturkan oleh teman tokoh cerita ini, yang kemudian
ia tulis dalam email dan disebarkan kepada kawan-kawannya)
By: Miranti Mayangsari
Editting: Luzman Rifqi 27-04-2011
Posting Komentar