Kawan-kawan
memberi info tentang seorang akhwat. Mereka menjulukinya akhwat C4.
Sesuai julukannya, ia bisa meledakkan jantung seseorang sampai berdetak
kencang hingga melelehkan mata pria yang memandangnya. C4 itu bukan
bahan peledak seperti yang kita kenal, namun C4 singkatan dari CANTIK
luar dalam, CUEK, CALM and CONFIDENT. Tidak tahu siapa yang pertama kali
memberi julukan.
Yang
jelas, akhwat itu dikagumi banyak lelaki karena C4-nya. Tapi, pria-pria
tidak ada yang berani kurang ajar. Busana muslimah yang dikenakannya
membuat orang segan. Ditambah, C4 tidak pernah menanggapi dan memberi
harapan pria yang jatuh hati padanya. Hati C4 seolah tertutup rapat dari
rayuan gombal para lelaki. Dia adalah seorang mahasiswi Fakultas MIPA
semester akhir di sebuah Perguruan Tinggi Negeri. Dengar-dengar, C4
sudah siap menikah dan sedang menanti lelaki melamarnya.
Gayung
bersambut… sang ikhwan menanggapinya dengan antusias. “Mungkin saja
Allah mengirimkan dia untuk menemani hidupku, membasahi kegersangan
hatiku, serta penyejuk duniaku. Tidak ada yang tahu sebelum aku
mencobanya”, sang ikhwan berkata dalam hati dengan penuh harap.
Cukup
bernyali, ikhwan miskin ini memimpikan seorang bidadari yang cantik,
kaya dan banyak pengagumnya. Sedangkan sang ikhwan hanyalah seorang
pengembara penuh derita… yang tak cukup harta bahkan kadang terancam
nyawa. Tak ada cewek-cewek yang meliriknya. Namun, mental penakluk dunia
telah menancap kuat sejak kepergian orang tua. Tak ada yang ditakutinya
kecuali Allah. Semua manusia sama derajatnya, baik miskin atau kaya,
baik cantik ataupun buruk rupa. Yang membedakan dan memuliakan manusia
hanyalah ketakwaannya. Ternyata itu yang membuat nyalinya bak singa di
gurun sahara.
Proses ta’aruf pun dijalani dengan perantara guru ngaji sang ikhwan, Ustadz Hanif.
C4
melihat biodata lelaki yang akan meminangnya. “Baru lulus kuliah, belum
dapat pekerjaan. Tapi, sepertinya ikhwan ini komitmen dan ia pasti
bertanggung jawab menafkahi keluarga. Dialah yang paling berani diantara
lelaki yang mencoba meminangku”, C4 termenung sendiri dalam hati.
Secara tak sadar, ia telah mengagumi sang ikhwan.
“Apakah ukhti menerima pinangan ini?” Pertanyaan Ust. Hanif secara tiba-tiba mengejutkan C4 yang sedang bergumam sendiri.
Rona
wajah C4 terlihat memerah… begitu natural tampak kecantikannya.
Terlihat salting, C4 kemudian hanya tersenyum tersipu malu dan sedikit
menganggukkan kepala.
Melihat
kode jawaban C4, Sang Ikhwan langsung memeluk Ust. Hanif. Ia tak bisa
memendam rasa bahagia itu. “Alhamdulillah, Allah mulai tunjukkan siapa
jodoh saya”, sang ikhwan mengucap syukur. Sungguh tak disangka
pinangannya akan diterima.
Keakraban
telah tampak antara Sang ikhwan dan keluarga C4. Rencana pernikahan
mulai dibicarakan. Orang tua C4 meminta 6 bulan untuk persiapan nikah
sekaligus memberikan kesempatan C4 menyelesaikan skripsinya.
Sebelum pernikahan, keluarga C4 harus mengunjungi keluarga sang ikhwan.
Hari
kunjungan tersebut telah ditentukan. Memang, saat pinangan, keluarga C4
tidak terlalu banyak bertanya kondisi ekonomi sang ikhwan. Sang ikhwan
pun tidak banyak cerita hal itu, akibat terlena dan terlalu bahagia.
Sepertinya mereka sudah percaya sepenuhnya, karena sang ikhwan seorang
sarjana.
Sang
ikhwan tak punya rumah. Ia jadikan rumah kakaknya sebagai tempat
kunjungan keluarga C4. Rumah sempit dan banyak penghuninya.
Dengan menggunakan Mobil Kijang Inova, tibalah keluarga C4 di rumah keluarga Sang ikhwan.
Sang
ikhwan mulai tak enak hati. Keluarga C4 enggan turun dari mobil untuk
memasuki rumah. Hampir setengah jam mereka terdiam dalam mobil. C4
akhirnya mendesak ortu dan rombongan untuk turun menemui keluarga sang
ikhwan. Di dalam rumah, ortu C4 tampak dingin, tidak bersikap seperti
biasanya.
Ketika
memasuki rumah sempit itu, Sang ikhwan mulai menangkap kekecewaan di
raut wajah orang tua C4. Dengan basa-basi Ayah C4 berucap kepada kakak
sang ikhwan, “pinangan ini belum tentu jadi ya, ini ‘kan baru proses
pengenalan”.
Deg.
Deg. Deg. Denyut jantung sang ikhwan terhentak oleh ucapan Ayah C4. Ia
tak bisa berkata sepatah pun… Ia hanya ingat ortu C4 akan menikahkan
dengan putrinya pada tanggal yang telah ditentukan.
“Mengapa
meraka berubah? Apa karena kini aku tampak fakir di hadapan mereka?
Tapi sudahlah, saya tidak boleh berburuk sangka”, sang ikhwan berusaha
menenangkan diri.
Tiga
hari setelah kunjungan keluaga C4, usai shalat subuh tiba-tiba
terdengar nada pesan. Rupanya sms dari C4 untuk Sang ikhwan, isinya:
“Akhi,
jka saya memilih satu diantara dua pilihan, yaitu nikah atau meneruskan
kuliah.. kemudian saya putuskan untuk memilih melanjutkan kuliah S2,
bagaimana menurut akhi? Ini sudah keputusan keluarga”.
SMS
itu semakin menguatkan firasat sang ikhwan… Ia menyadari keluarga C4
tidak menyukainya setelah hari kunjungan kemarin. Sms ini adalah
penolakan pinangan secara halus.
Sang ikhwan kemudian membalas sms-nya:
“Demi
Allah yang dapat menentukan segala hal, sesungguhnya Allah telah
menggariskan jodoh seseorang. Jika engkau bukan jodohku, ini adalah
ketetapanNya. Jika karena kemiskinanku, aku dihinakan, ini juga
keputusanNya. Allah telah menguji keimananku. Inilah takdir yang Allah
berikan. Allah mengetahui mana yang terbaik. Boleh jadi aku menyukai
sesuatu padahal ia amat buruk bagiku. Boleh jadi aku membenci sesuatu
padahal ia amat baik bagiku. Allah mengetahui, sedang aku tidak
mengetahui. Mohon maaf jika ada kesalahan selama kita ta’aruf. Semoga
Allah berikan jodoh yang terbaik untukmu. Wassalam.”
Tiga
bulan kemudian, C4 resmi menikah dengan lelaki lain. Studi S2 yang
menjadi alasan batalnya pinangan, hanyalah alibi. Itu hanya rencana
untuk membatalkan pinangan.
Sang
ikhwan hanya berpasrah diri terhadap ujian yang menimpanya. Luka lama
ditinggal kedua orang tua seolah menganga kembali. Kini ia merasa
dihinakan karena kemiskinannya oleh orang yang ia cintai. Trauma
menghinggapi jiwanya. Tak ada lagi impian tentang cinta. (Bersambung...)
By: Ahsanul mujahidah
Dari: Forum Shoutussalam
Posting Komentar